Kepak saYapQ
Manusia,,,, makhluk paling sempurna penciptaannya dibanding makhluk lain dan itulah kita. Namun ada yang uniq dari cara kita mengukur perjalanan kehidupan kita. Kita akan mengakhiri perjalanan hidup setelah melewati ratusan bahkan ribuan peristiwa yang mewajibkan kita memberikan reaksi dengan 1 angka saja.
Seketika kita tersentak entah karena bahagia atau sedih melihat kalender yang menunjukkan tanggal kelahiran kita. Hmmm… Kita berulang tahun hehehe… Ada yang istimewa rasanya karena hakikatnya kita sedang mengulang hidup pada hari kita dilahirkan beberapa tahun yang lalu. Kebahagiaan mengisi relung hati saat itu, bahkan kita merefleksi cara pandang kita pada usia dengan bermacam-macam cara. Dengan pesta, syukuran, neraktir teman, menunaikan nazar atau muhasabah. Apakah ini sekedar untuk menunjukkan bahwa kita talah terkukuhkan sebagai manusia dengan semata-mata menambahkan 1 digit di usia kita?!
Tentu tidak,,, karena meskipun kita menggunakan cara yang tidak ada hubungannya dengan hakikat penambahan usia, kita tetap menyadari bahwa sejumlah jarak dari perjalanan hidup ini sudah kita lalui. Sekarang masalahnya apakah kita percaya bahwa hidup ini ibarat perjalanan dan kita sudah melewati sebagiannya. Manusia mempunyai misi kekhalifahan dan diberi umur untuk memakmurkan bumi. Kata umur mengandung arti misi, tugas.
Orang hidup harus menggunakan umurnya sebagai tugas untuk menciptakan kemakmuran. Kalau tidak, berarti mengkhianati amanat, mengkhianati umur karena umur harus makmur. Kemakmuran dalam bentuk spiritual dan material. Ada orang yang makmur dunianya tapi pailit akhiratnya. Juga ada manusia yang pailit dunianya tapi makmur spiritualnya. Ini semuanya tidak tepat. Al Qur'an mengajarkan dalam berdo'a supaya mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat. Tapi barangkali makna kebaikan di dunia dan di akhirat, bukan akhirat berarti Masjid dan ditoko adalah dunia. Artinya keduanya berhimpitan. Apa yang dilakukan di dunia hendaknya sekaligus mempunyai makna akhirat. Yang dimaksudkan mempunyai makna akhirat juga sekaligus wujud dunia. Makanya, orang bekerja ya bekerja tapi juga mempunyai makna ukhrawi. Jadi bukan dua sayap; sayap yang satu dunia dan satu sayap lainnya akhirat. Harus kedua-duanya, dunia ya akhirat.
Perjalanan usia tak ubahnya seperti buku tulis yang sudah penuh dengan catatan. Catatan di tahun sebelumnya kita simpan dalam lemari kenangan. Kini kita sudah menghadapi buku yang baru, untuk kita goreskan tinta tentang perjalanan hidup di usia yang baru. Berapa banyak angka yang telah kita lalui maka sebanyak itu pulalah buku yang telah kita tulis. Baik, buruk, benar, salah dosa atau pahala, semuanya tertoreh dalam lembaran-lembaran catatan perjalanan usia kita.
0 comments:
Posting Komentar