Jumat, 18 Mei 2012
rEs0lusi
Manusia,,,, makhluk paling sempurna penciptaannya dibanding
makhluk lain dan itulah kita. Namun ada yang uniq dari cara kita mengukur
perjalanan kehidupan kita. Kita akan mengakhiri perjalanan hidup setelah
melewati ratusan bahkan ribuan peristiwa yang mewajibkan kita memberikan reaksi
dengan 1 angka saja.
Seketika kita tersentak entah karena bahagia atau sedih melihat
kalender yang menunjukkan tanggal kelahiran kita. Hmmm… Kita berulang tahun
hehehe… Ada yang istimewa rasanya karena hakikatnya kita sedang mengulang hidup
pada hari kita dilahirkan beberapa tahun yang lalu. Kebahagiaan mengisi relung
hati saat itu, bahkan kita merefleksi cara pandang kita pada usia dengan
bermacam-macam cara. Dengan pesta, syukuran, neraktir teman, menunaikan nazar
atau muhasabah. Apakah ini sekedar untuk menunjukkan bahwa kita talah
terkukuhkan sebagai manusia dengan semata-mata menambahkan 1 digit di usia
kita?!
Tentu tidak,,, karena meskipun kita menggunakan cara yang tidak
ada hubungannya dengan hakikat penambahan usia, kita tetap menyadari bahwa
sejumlah jarak dari perjalanan hidup ini sudah kita lalui. Sekarang masalahnya
apakah kita percaya bahwa hidup ini ibarat perjalanan dan kita sudah melewati
sebagiannya. Manusia mempunyai misi kekhalifahan dan diberi umur untuk memakmurkan
bumi. Kata umur mengandung arti misi, tugas.
Orang hidup harus menggunakan umurnya sebagai tugas untuk
menciptakan kemakmuran. Kalau tidak, berarti mengkhianati amanat, mengkhianati
umur karena umur harus makmur. Kemakmuran dalam bentuk spiritual dan material.
Ada orang yang makmur dunianya tapi pailit akhiratnya. Juga ada manusia yang
pailit dunianya tapi makmur spiritualnya. Ini semuanya tidak tepat. Al Qur'an
mengajarkan dalam berdo'a supaya mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat.
Tapi barangkali makna kebaikan di dunia dan di akhirat, bukan akhirat berarti
Masjid dan ditoko adalah dunia. Artinya keduanya berhimpitan. Apa yang
dilakukan di dunia hendaknya sekaligus mempunyai makna akhirat. Yang
dimaksudkan mempunyai makna akhirat juga sekaligus wujud dunia. Makanya, orang
bekerja ya bekerja tapi juga mempunyai makna ukhrawi. Jadi bukan dua sayap;
sayap yang satu dunia dan satu sayap lainnya akhirat. Harus kedua-duanya, dunia
ya akhirat.
Perjalanan usia tak ubahnya seperti buku tulis yang sudah penuh
dengan catatan. Catatan di tahun sebelumnya kita simpan dalam lemari kenangan.
Kini kita sudah menghadapi buku yang baru, untuk kita goreskan tinta tentang
perjalanan hidup di usia yang baru. Berapa banyak angka yang telah kita lalui maka
sebanyak itu pulalah buku yang telah kita tulis. Baik, buruk, benar, salah dosa
atau pahala, semuanya tertoreh dalam lembaran-lembaran catatan perjalanan usia
kita.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar