Selasa, 10 Agustus 2010
“Menyambut Ramadhan dengan Kebahagiaan”
Alangkah bahagianya umat Islam yang akan
memasuki bulan suci Ramadhan 1431 Bulan yang mulia, bulan dimana rahmat dan
maghfirah Allah dibuka seluas-luasnya, bulan dimana amalan-amalan sunnah
dihitung pahalanya laksana amalan fardhu, bulan dimana puasa diwajibkan sebulan
penuh, dan inilah bulan yang senantiasa kita tunggu-tunggu. Sebagai muslim
tentunya kita yakin dengan keistimewaan bulan Ramadhan. Bahkan pemahaman kita
terhadap keagungan bulan ramadhan haruslah bersifat mutlak dan bebas dari virus
relativisme, virus yang menggerogoti keimanan dan menghancurkan nilai
perbuatannya.
Rosulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berdoa
kepada Allah Ta’ala: “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban.
Serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan”. Mualla bin Al-Fadhl berkata
“mereka (para salaf) selama enam bulan telah berdoa kepada Allah supaya
disampaikan kepada bulan Ramadhan, dan berdoa selama enam bulan selanjutnya
agar amalan mereka pada bulan Ramadhan diterima”.
Kenapa mereka begitu bersungguh-sungguh memohon kepada Allah agar disampikan ke bulan Ramadhan? Jawabannya tidak lain adalah karena mereka sadar dan paham betul dengan keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan.
Nah, bagaimana persiapan kita menyambut bulan Ramadhan?, berikut ini delapan tips menyambut bulan penuh berkah tersebut:
Kenapa mereka begitu bersungguh-sungguh memohon kepada Allah agar disampikan ke bulan Ramadhan? Jawabannya tidak lain adalah karena mereka sadar dan paham betul dengan keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan.
Nah, bagaimana persiapan kita menyambut bulan Ramadhan?, berikut ini delapan tips menyambut bulan penuh berkah tersebut:
1. Memperbanyak doa agar Allah Subhanahu Wa Ta’ala memberikan umur panjang agar dipertemukan dengan bulan Ramadhan. Dari Anas Radhiallahu Anhu berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam apabila telah masuk bulan Rajab selalu berdoa “Allahumma Baariklana fii Rajab wa Sya’ban, Wa Ballighna Ramadhaan” (H.R. Ahmad dan Tabrani).
2. Memperbanyak pujian kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Imam An-Nawawi di dalam kitab Adzkar-nya berkata “Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapat kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur dan memuliakan Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya”. Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah Subhanahu Wa Ta’ala kepada kita semua adalah ketika kita diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan.
3. Bergembira dengan kedatangan bulan Ramadhan.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam berkata “Telah dating kepada kalian
bulan Ramadhan, bulan penuh berkah, Allah wajibkan kepada kalian untuk
berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintu-pintu surga dan menutup
pintu-pintu neraka” (H.R. Ahmad).
4. Memahami fiqh Ramadhan. Setiap kita wajib hukumnya beribadah dengan landasan ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa serta amaliah-amaliah Ramadhan lainnya sebelum Ramadhan dating agar amaliah Ramadhan kita benar dan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah berfirman “Tanyakanlah kepada orang-orang berilmu, jika kamu tiada mengetahui”. (Q.S. Al-Anbiyaa’: 7).
5. Kuatkan adzam, bulatkan tekad. Isilah detik-detik Ramadhan dengan ketaatan. Tiada waktu kecuali bernilai pahala di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
6. Kondisikan Qolbu dan Ruhiyah. Perbanyaklah aktivitas bacaan yang mendukung proses Tadzkiyatun Nafs (pembersihan jiwa). Hadirilah majelis-majelis ilmu, pengajian yang membahas keutamaan, hukum, dan hikmah puasa, sehingga secara mental dan jiwa kita siap melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara maksimal di bulan Ramadhan.
4. Memahami fiqh Ramadhan. Setiap kita wajib hukumnya beribadah dengan landasan ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa serta amaliah-amaliah Ramadhan lainnya sebelum Ramadhan dating agar amaliah Ramadhan kita benar dan diterima oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Allah berfirman “Tanyakanlah kepada orang-orang berilmu, jika kamu tiada mengetahui”. (Q.S. Al-Anbiyaa’: 7).
5. Kuatkan adzam, bulatkan tekad. Isilah detik-detik Ramadhan dengan ketaatan. Tiada waktu kecuali bernilai pahala di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
6. Kondisikan Qolbu dan Ruhiyah. Perbanyaklah aktivitas bacaan yang mendukung proses Tadzkiyatun Nafs (pembersihan jiwa). Hadirilah majelis-majelis ilmu, pengajian yang membahas keutamaan, hukum, dan hikmah puasa, sehingga secara mental dan jiwa kita siap melakukan ketaatan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala secara maksimal di bulan Ramadhan.
7. Rencanakan agenda kegiatan harian. Perjalan
Ramadhan akan sangat singkat, karena itu kita perlu merencanakan agenda
kegiatan yang dapat berbuah pahala di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
8. Taubat dengan sungguh-sungguh. “Setiap anak
Adam adalah pendosa dan sebaik-baik pendosa adalah yang bertaubat”. Demikianlah
sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad dan Ibnu Majah. Isilah Ramadhan dengan membuka lembaran baru yang bersih.
Lembaran baru kepada Allah dengan taubat yang sebenar-benarnya (Taubatan
Nashuuha). “Dan taubatlah kamu sekalian kepada Allah hai orang-orang beriman
supaya kamu beruntung” (Q.S. An-Nur: 31). Lembaran baru kepada Rasulullah
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam dengan menjalankan sunnah-nya serta
melanjutkan risalah dakwahnya. Lembaran baru kepada umat islam untuk mempererat
hubungan silaturrahim sehingga kita menjadi orang yang paling bermanfaat bagi
yang lainnnya. “Manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi
orang lain”.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memanjangkan umur kita sehingga berjumpa dengan tamu yang mulia, Ramadhan. MARHABAN YAA RAMADHAN. Selamat meraih kebaikan-kebaikannya. Wallahu A’lam.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta’ala memanjangkan umur kita sehingga berjumpa dengan tamu yang mulia, Ramadhan. MARHABAN YAA RAMADHAN. Selamat meraih kebaikan-kebaikannya. Wallahu A’lam.
“Saat
yang Pasti Tiba”
Ketika malam mulai beranjak Semburat merah
di ufuk barat
Perlahan lenyap Tertelan gulita yang kian
merayap
Larut dalam warna gelap yang kian pekat
Membungkus hatiku yang lembab Oleh gerimis
derita dan air mata
Dalam simpuh ku merenung Terbayang saat
kelak jasadku terbujur kakuTertimbun tanah basah dan berbau Menggerogoti
daging Meremukkan tulang-belulang Tak ada lagi waktu untuk beramal Tak
ada lagi permohonan dapat diminta Hanya sesal yang tak terkira
yang tersisa Angan tanpa batas begitu menyiksa Andai
dulu tak ada waktu yang tersisa Andai dulu harta tak memperdaya Namun
angan tinggallah angan Yang mati tak akan kembali ke duniaCoba
jujur bertanya pada diri Apa yang dicari selama iniAdakah yang bisa
dibawa nantiSebagai perisai dari api Bila bekal tak dibawa Dengan
apa pertanyaan kan dijawab Ketika mulut tertutup rapat Tangan
dan kaki menjadi saksi Tak ada celah tuk mengelak Tak
ada tempat untuk lari Semua disibukkan oleh diri sendiri Tak
lagi peduli bapak, ibu, dan anak.
"Kado dari Ust. A.
Hadi Ibrahim"
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar